silahkan di telusur

Senin, 25 Januari 2010

MUNAFIK

Lisan begitu mudah bertutur tentang sejuta kata yang menabur harap semilyar audiens. begitu memukau, menghipnotis semua alam bawah sadar setiap mata yang memandangmu. intonasimu begitu lugas,tegas, dan jelas, seakan lebih jernih dari aliran sungai di mata air pegunungan. kefasihanmu dalam langgam dan lakon ikut menjadi penghias dalam setiap kesempatan bersuara. terkadang kau bersumpah atas nama yang paling agung di jagad ini. atau dengan simbol-simbol kesucian. tidak kah kau tahu bahwa yang maha agung pun sebenarnya tahu apa yang ada dalam lubuk terjauh di sudut hatimu.

bukankah kita hidup dalam dunia yang begitu miskin dan sempit dimensinya? sejurus kau bertindak maka tak ada yang mampu mata manusiapun mengetahui apa-apa saja pola laku yang telah kau torehkan. namun jika demikian sebetulnya memang setiap kita hidup dalam kemurahan dari Sang pemilik kehidupan. karena Ia begitu murahnya memberikan setiap yang bernyawa dari kita selimut tebal yang mampu memagari ketiap kebusukan langkah yang terbersit maupun tergerak atau bahkan bergerak pada diri mu.

Lalu siapa engkau yang sebenarnya adalah kumpulan misteri aib yang belum lagi terungkap? begitu beraninya kah dirimu memperkaya hari di jatah usiamu dengan lakon multitasking dalam beraib? apa yang membuatmu dapat tampak begitu manis dan bersih di tengah masyarakat padahal setidaknya dirimu hanyalah kumpulan bangkai yang terbungkus?

ada hal yang harus kau ketahui tentunya...bahwa seorang yang gemar mengumpulkan bangkai biasanya selalu memperoleh kemudahan untuk mendapatkan bangkai yang lain...sampai saatnya nanti ia akan terjebak sendiri dalam tumpukan bangkai yang dibuatnya. dan itu juga probabilitas Sang Kuasa menghabiskan sisa kebaikan dalam dirimu...untuk kemudian menjemputmu dengan penuh kebencian dan amarah...karena sesungguhnya ketika tiba waktu itu maka sudah tak mampu lagi dibedakan antara dirimu dengan bangkai.

semoga kita semua tersadar bahwa hidup yang diamanahkan kepada kita selama ini seringkali hanya menjadi akumulator aib kemaksiatan. dan kita cukup berbangga untuk kemudian menjadi ahlul maksiat lantaran karena Sang pencipta selalu menutupi setiap keburukan yang ada pada diri kita. Moga kita semua bangkit dan meninggalkan dunia kemuafikan untuk kemudian hidup di atas garis kejujuran dan kebenaran...

1 komentar:

  1. sepakat! belajar untuk menjadi lebih baik dimuai dengan menyadari aib-aib diri, daripada sibuk menilai (baca: menJudge) orang lain, better perbaiki diri sendiri dulu... sudah sembuh kak?
    kunjungan balasan! :) *btw, ikannya lucu, tadi belajar mancing :D

    BalasHapus